Setiap bulan Ruwah, pada Jumat Kliwon, warga Padukuhan Ledok percaya seekor macan gaib melewati kampung mereka. Tidak ada yang tahu bentuknya, hanya aumnya yang terdengar. Bu Siti, salah satu warga yang pernah mendengar dan melihat macan itu, percaya bahwa macan tersebut tidak akan mengganggu dan hanya berkunjung, sebagaimana dipercayai para sesepuh. Dari pengalaman-pengalaman ini lahirlah cerita “Macan Lewat” di Padukuhan Ledok.
d70dd4c2-f29a-45d3-b456-453068746c52
Penulis
Setiap bulan Ruwah atau Sya’ban, hari dan pasarannya jatuh pada Jumat Kliwon, warga Padukuhan Ledok percaya bahwa mereka kedatangan macan. Hingga sekarang belum ada yang melihat bagaimana bentuk dan rupa macan tersebut. Para warga Ledok tidak ada yang tahu tempat munculnya macan tersebut. Aum suaranyalah yang terdengar warga yang kebetulan dilewati. Namun, yang pasti macan tersebut datangnya ketika waktu malam.
Salah satu warga yang sudah pernah mendengar suara macan adalah Ibu Siti. Menurut cerita Bu Siti, ia yang mendengar suara macan tidak jauh dari rumahnya lantas bilang pada ayahnya. Ayahnya yang juga sudah tahu seketika menjawab, “Tidak apa apa. Eyang (Sebutan warga Ledok: Simbah) hanya lewat.” Ketika itu, Bu Siti lantas tidak takut lagi karena menganggap macan yang lewat sudah lumrah dan pasti tidak akan mengganggu. Menurut sesepuh yang tinggal di Ledok, macan tersebut hanya pulang berkunjung.
Kisah nyata lainnya yang terjadi pada diri Bu Siti adalah ketika ia melihat wujud macan di cungkup kuburan di Pemakaman Dusun Tubin. Hal itu terjadi ketika Bu Siti diajak berziarah ke makam yang masih kerabat ayahnya di Makam Tubin. Senja hari Bu Siti baru selesai untuk kemudian hendak pulang. Ketika hendak keluar dari kompleks kuburan, di cungkup atau pintu masuk kuburan ada macan yang lagi bersantai. Bu Siti tentu kaget, sama seperti sebelumnya, ia percaya bahwa macan tersebut tidak akan mengganggu dan menganggap adanya lumrah meskipun tidak bisa dinalar.
Berkaitan dengan cerita macan yang lewat setiap Jumat Kliwon di bulan Ruwah, menurut masyarakat Ledok yang percaya, macan tersebut adalah macan gaib, buka macan layaknya hewan pada umumnya. Dari cerita para sesepuh yang percaya, macan tersebut datang ke tempat yang dahulu menjadi tempat untuk membunuh macan di Padukuhan Ledok. Salah satu tempat tersebut adalah tanah pekarangan milik ayah Bu Siti. Dari kejadian-kejadian tersebut, maka terciptalah cerita “Macan Lewat” di Padukuhan Ledok.